Jumat

Air Hujan Sebagai Pengganti Pengisian Aki


(ilustasi)
Air hujan sebetulnya merupakan air murni juga, yang telah disuling oleh alam. Sangat mirip prosesnya dengan penyulingan yang dilakukan dengan destilat di laboratorium untuk menghasilkan air suling (akuades). Air hujan mengalami hal serupa dengan akuades dalam prosesnya yang disuling oleh alam. Air hujan mengalami penguapan, pengembunan, lalu terjadilah hujan. Proses ini lebih ilmiah disebut sebagai siklus hidrologi. Siklus ini meliputi penguapan dari tanaman (transpirasi), penguapan dari air laut dan darat (evaporasi), kemudian terkumpul menjadi awan menggumpal menjadi satu kesatuan dan mengembun (kondensasi), hingga terjadilah hujan (presipitasi). Praktis hal ini sangat mirip dengan prosesi air sekali suling (akuades) yang dipanaskan terlebih dahulu, sehingga terjadilah penguapan, kemudian didinginkan dengan pendingin sehingga mengembun dan akhirnya timbul tetes-tetes air yang kemudian dikumpulkan menjadi air sekali suling (akuades). Sama persis dengan akuades, pada air hujan, zat pengotornya akan tertinggal ketika ia beranjak menguap karena terpanaskan oleh sinar matahari. Air yang jatuh sebagai hujan pun bisa menguap kembali yang selanjutnya fenomena ini disebut “virga”. Pada peristiwa virga, penyulingan terjadi 2 kali, sehingga air hujan yang dihasilkan mirip dengan air suling dua kali penyulingan yang kita kenal sebagai akuabides. Bila nanti terjadi virga kembali, maka air suling tersebut bisa disebut sebagai akuatrides, dan seterusnya.

Tetapi tidak sembarang hujan dapat digunakan sebagai pengganti akuades. Kualitas hujan di berbagai kota sangat beragam dan ini fluktuatif. Pengamatan yang dilakukan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mengatakan bahwa kualitas keasaman hujan dari suatu kota berbeda dengan kota lain. Kota-kota besar, seperti Bandung, Jakarta, & Semarang yang memiliki tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi, air hujan yang dihasilkan di daerah itu cenderung bersifat asam. Ini dikarenakan air hujan tercemari oleh Nitrit dan Sulfat dari kendaraan dan pabrik-pabrik dalam kota. Air hujan yang asam sangat tidak baik bagi komponen aki. Apalagi bilamana pengambilan air hujan tersebut menggunakan media talang-talang air yang notabene terbuat dari logam, percaya atau tidak, air hujan tersebut sudah tidak murni kembali karena sudah terjadi reaksi antara air dan logam-logam tersebut. Bila Anda ingin membuktikan timbulnya reaksi, coba saja ambil air hujan dengan wadah plastik, lalu celupkan selempeng seng. Apa yang terjadi? air tersebut akan berubah warna menjadi kuning! Itu mungkin hanya satu dari banyak proses kimia yang teramati dengan mata kasar. Padahal banyak reaksi terjadi yang tak teramati dengan mata wadag. Maka dari itu, dibutuhkan suatu tips dan trik jitu untuk menggunakan air hujan sebagai pengganti akuades dalam hal apapun.

Langkah-langkah pengambilan air hujan menjadi peranan penting di sini, karena nantinya hal ini akan mempengaruhi kemurniannya. Langkah-langkah cukup mudah, murah, dan sederhana:

  • Ambil air hujan tanpa perantara apapun, termasuk talang air sekalipun (gunakan plastik, ember, tanpa logam sedikitpun)
  • Jangan tampung hujan yang jatuh pertama (biarkan hujan berlangsung beberapa saat)
  • Simpan dalam wadah tanpa logam dan terhalang dari akses pencemar.
Jika Anda sangsi terhadap hal ini, terdapat bukti yang mungkin akan membuat Anda berpikir kembali untuk mencoba menggunakan air hujan yang murah dan mudah di dapatkan? Apalagi di daerah tropis seperti Indonesia. Apalagi hal ini ternyata sudah diteliti dan ternyata memang benar adanya bahwa air hujan memang dapat digunakan sebagai pengganti akuades. Perusahaan perkroman telah menggunakan hasil penelitian ini dan menggunakannya dengan sangat memuaskan. Silahkan unduh hasil penelitiannya, lengkap dengan testimoni pengusaha krom di sini. Full dan gratis.

sumber

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e:
:f: :g: :h: :i: :j: :k: :L: :m: :n: :o: :p: :q:

Posting Komentar

ketik huruf emo bila kasih emotion di komentar Agan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...