Tiga pencuri yang kerap mreteli, mencopot, besi Jembatan Petekan Surabaya, Jawa Timur, diringkus anggota Unit Kejahatan Umum Polrestabes Surabaya.
Diduga akibat ulah ketiga pelaku, benda cagar budaya yang seharusnya dilindungi pemerintah itu bagian utaranya roboh. Sekadar diketahui, Jembatan Petekan dibangun sekitar tahun 1900-an oleh NV Braat.
Di sana ada tulisan, “Bangunan Cagar Budaya Ferwerdarbrug/Jembatan Petekan. Konstruksi Jembatan Peninggalan Kolonial sebagai Penunjang Kawasan Kota Lama. Sesuai Surat Keputusan Wali Kota Surabaya 188.45/004/402.1.04/1998 nomor urut 47 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Tahun 2008″.
Namun, jembatan bersejarah itu dipretheli tiga orang ini: Mat Neri (20), Abdul Rohim (25), dan Abdul Muin (40). Semuanya asal Madura dan kini tinggal di Jl Kalimas, Surabaya. Besi hasil jarahan seberat 1,3 kuintal rencananya dijual kiloan ke seorang penadah besi tua di Surabaya seharga Rp 440.000.
Ketiga tersangka yang diinterogasi polisi awalnya mengaku baru sekali ini mencuri besi benda cagar budaya. Namun penyidik tidak langsung percaya karena besi-besi di Jembatan Petekan banyak yang hilang.
“Bisa jadi ketiga tersangka ini yang mencuri besi-besi itu,” tutur Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Anom Wibowo didampingi Kanit Jatanum AKP Arbaridi Jumhur.
Menurut Jumhur, untuk melakukan aksinya, tersangka masuk kompleks Jembatan Petekan melalui Sungai Kalimas menggunakan getekan (perahu kecil).
Lantas, mereka memanjat jembatan dari arah sungai untuk memasuki kompleks cagar budaya. Mat Neri dan Abdul Rohim bagian menggergaji dan mencongkel besi.
Untuk menggergaji besi seberat 1,3 kuintal memakan waktu sekitar 15-20 menit. Setelah putus, besi itu dibawa menuju tersangka Abdul Muin yang sudah menunggu di becak yang sudah dipersiapkan.
Ketika mengangkut barang bukti, Kanit Jatanum, AKP Arbaridi Jumhur bersama Kasubnit I, Ipda Suhartono yang tengah patroli mencurigai ketiga pelaku.
Begitu ditegur, ketiga pelaku kelihatan bingung dan berusaha melarikan diri. Namun ulah tersangka berhasil dicegah AKP Jumhur. “Mereka tidak bisa berdalih lagi karena saat kami tangkap, posisi barang bukti ada di atas becak,” katanya.
Setelah diperiksa intensif, Abdul Muin akhirnya mengaku selama ini ia sering mengambil besi yang ada di sekitar Jembatan Petekan. Ia dan dua temannya biasanya beraksi malam hari karena jika siang hari banyak orang lalu lalang. “Hasilnya kami bagi bertiga,” tutur Abdul Muin.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya, Wiwik Widayati, terkejut mengetahui Jembatan Petekan dijarah pencuri. Karena ia sudah bekerjasama dengan Kecamatan Semampir untuk menugaskan penjaga, mengamankan cagar budaya tersebut.
Menurut Wiwik setiap cagar budaya pasti ada penjaganya. Bukan hanya Jembatan Petekan. Cagar budaya lain seperti kompleks Pesarean Botoputih, Pesarean Taman Bungkul, Patung Joko Dolog, dan Makam Pahlawan WR Supratman juga dijaga.
“Selama ini, saya baru pertama kali ini mendengar pencurian besi Jembatan Petekan. Sudah ada penjaganya, dan Jembatan Petekan juga sudah dipagar besi, tapi kok ya ada yang mencuri. Barangkali saking pintarnya maling ya,” kata Wiwi. Ia berharap, warga ikut menjaga benda-benda cagar budaya, bukan malah mencurinya.
Jembatan Petekan atau dalam bahasa Belanda disebut Ferwerdarbrug terdapat di Jl Jakarta, Surabaya. Jembatan canggih buatan kolonial Belanda ketika menguasai Surabaya ini dibangun untuk menunjang transportasi perdagangan di Kota Surabaya.
Jembatan Petekan didesain buka-tutup untuk jalur perahu tradisional dari pelabuhan Tanjung Perak ke Kembang Jepun. Tinggal menekan tombol pembuka, jembatan itu pun terbuka sendiri. Begitu pula ketika ditekan tombol untuk menutup. Di Belanda, jembatan semacam ini masih banyak sekali yang terawat dan berfungsi baik.
Sayangnya, kecanggihan jembatan itu kini tidak bisa dioperasikan lagi. Setelah sekian puluh tahun tidak difungsikan dan memiliki nilai sejarah tinggi, jembatan itu kini hanya sekadar cagar budaya.
Kendati dikelilingi pagar besi warna hijau dan putih, namun pagar tersebut tidak terkunci. Siapa pun bisa dengan mudah memasukinya.
Besi tua dan berkarat penyokong jembatan ini terlihat berserakan di mana-mana. Di sekelilingnya juga terdapat banyak sampah. Kaki jembatan yang berongga lebar berbentuk kotak besar digunakan tempat botol minuman kemasan bekas milik orang tak dikenal.
Bahkan, jembatan ini sempat ambrol 21 Agustus 2010 lalu. Diduga, karena penyangganya keropos dan tak kuat lagi menahan debit air sungai yang meluap setelah Surabaya diguyur hujan deras saat itu.
klise >> hadehh........perut laper liat-liat dong mas... ntukan harta peninggalan yang bersejarah kalo ente embat juga kan kasihan anak cucu kita nanti ling...,hadeh-hadeh....bangsa maling sich boleh2 aja maling kek yang punya harta bejibun di atas sono noh...##@$$$#@##@$&* grgrgrgrrrr...!!!
sumber
Sabtu
Besi Jembatan Petekan Surabaya Di Embat Maling Gan/Wati,ckcckckk
Label:
NASIONAL
0 komentar:
:f: :g: :h: :i: :j: :k: :L: :m: :n: :o: :p: :q:
Posting Komentar
ketik huruf emo bila kasih emotion di komentar Agan