Salah satu area di pulau Pagai Utara, Mentawai, yang luluh lantak diterjang tsunami dilihat dari udara(27/10). AP/Sekretariat Wakil Presiden Indonesia.
TEMPO Interaktif, Mentawai – Kepulauan Mentawai belum dilengkapi sistem peringatan dini tsunami. “Itulah kenapa warga tidak langsung menyadari tsunami,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Padang Panjang, Buha Simanjuntak.
Gempa berkekuatan 7,2 skala richter berderak di 78 kilometer arah Barat Daya Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat, Senin (25/10) pukul 21.42 Wib. Saat itu, kebanyakan warganya yang belum menikmati listrik sudah terlelap.
Secara teori, Simanjuntak melanjutkan, tsunami yang berkecepatan 800 kilometer per jam, mencapai daratan Pagai hanya dalam hitungan enam menit. “Banyak jatuh korban karena warga tidak sempat bersiap,” ujarnya. Bandingkan dengan gempa dan tsunami yang menerjang Aceh, Desember 2004, yang berjarak 15 menit.
Menurutnya, alat pemantau milik BMKG di Mentawai hanya berupa seismograf, media pencatat gerakan dasar bumi. Alat ini yang menghasilkan keterangan, lokasi, dan kekuatan gempa. Sedangkan alarm tsunami disebar di pulau-pulau besar. Di sepanjang pantai Sumatera Barat, kata Simanjuntak, terdapat enam titik alat peringatan dini tsunami, yaitu di Padang, Painan, Tiku, Pasanan Barat, dan dua lokasi di Pariaman.
Tsunami Mentawai, yang menewaskan lebih dari 424 orang, juga mencapai pantai Sumatera. “Tapi hanya berupa gelombang setinggi seperempat meter,” ujarnya. Dia mengklaim alat deteksi dini tsunami tetap bergaung, setidaknya di Padang dan Pariaman.
Nah, sialnya tsunami yang mencapai Sumatera jadi dasar perhitungan BMKG yang sekitar satu jam setelah gempa menyatakan, “ancaman tsunami sudah berlalu.” Dengan perhitungan kecepatan tsunami, dia mengatakan gelombang mencapai Padang dalam hitungan kurang dari satu jam. “Kami tidak pernah katakan ‘tidak berpotensi tsunami’,” kata Simanjuntak.
Gempa berkekuatan 7,2 skala richter berderak di 78 kilometer arah Barat Daya Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat, Senin (25/10) pukul 21.42 Wib. Saat itu, kebanyakan warganya yang belum menikmati listrik sudah terlelap.
Secara teori, Simanjuntak melanjutkan, tsunami yang berkecepatan 800 kilometer per jam, mencapai daratan Pagai hanya dalam hitungan enam menit. “Banyak jatuh korban karena warga tidak sempat bersiap,” ujarnya. Bandingkan dengan gempa dan tsunami yang menerjang Aceh, Desember 2004, yang berjarak 15 menit.
Menurutnya, alat pemantau milik BMKG di Mentawai hanya berupa seismograf, media pencatat gerakan dasar bumi. Alat ini yang menghasilkan keterangan, lokasi, dan kekuatan gempa. Sedangkan alarm tsunami disebar di pulau-pulau besar. Di sepanjang pantai Sumatera Barat, kata Simanjuntak, terdapat enam titik alat peringatan dini tsunami, yaitu di Padang, Painan, Tiku, Pasanan Barat, dan dua lokasi di Pariaman.
Tsunami Mentawai, yang menewaskan lebih dari 424 orang, juga mencapai pantai Sumatera. “Tapi hanya berupa gelombang setinggi seperempat meter,” ujarnya. Dia mengklaim alat deteksi dini tsunami tetap bergaung, setidaknya di Padang dan Pariaman.
Nah, sialnya tsunami yang mencapai Sumatera jadi dasar perhitungan BMKG yang sekitar satu jam setelah gempa menyatakan, “ancaman tsunami sudah berlalu.” Dengan perhitungan kecepatan tsunami, dia mengatakan gelombang mencapai Padang dalam hitungan kurang dari satu jam. “Kami tidak pernah katakan ‘tidak berpotensi tsunami’,” kata Simanjuntak.
0 komentar:
:f: :g: :h: :i: :j: :k: :L: :m: :n: :o: :p: :q:
Posting Komentar
ketik huruf emo bila kasih emotion di komentar Agan